Antisipasi Inflasi Akhir Tahun, Warga Surabaya Kompak Tanam Cabai dan Bawang
Surabaya 24 Hours

Antisipasi Inflasi Akhir Tahun, Warga Surabaya Kompak Tanam Cabai dan Bawang

Seperti sudah menjadi siklus yang berulang, setiap menjelang akhir tahun, harga-harga komoditas pangan mengalami lonjakan harga. Di pasaran, harga komoditas pangan menjadi lebih mahal dari biasanya.

Merespons siklus berulang menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) tersebut, Pemerintah Kota / Pemkot Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), bergerak cepat mengantisipasi lonjakan harga komoditas pangan. Khususnya cabai dan bawang merah. 

Sebagai langkah proaktif, Pemkot Surabaya menggelar gerakan tanam cabai dan bawang serentak yang melibatkan berbagai pihak. Ada dari masyarakat umum hingga kelompok tani. Lokasinya di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) Jambangan, Jalan Jambangan Kebon Agung no 46, Surabaya pada 20 Agustus 2025.

Kepala DKPP Surabaya, Antiek Sugiharti, mengatakan, inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Urban Farming Competition di Kota Pahlawan yang telah berjalan sebelumnya. Gerakan ini bukan hanya sebatas seremonial, tetapi sebuah strategi nyata untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga di pasar.

“Tim TPID membuat kegiatan tindak lanjut. Jadi, Urban Farming Competition itu adalah gerakan menanam cabai dan bawang merah,” kata Antiek.

Antiek menjelaskan, program ini diawali dengan penanaman 1100 bibit cabai secara serentak di lahan aset milik Pemkot Surabaya. Penanaman ini dilakukan bersama dengan Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan anggota TPID. Selain itu, Pemkot juga mendistribusikan bibit cabai dalam jumlah besar kepada masyarakat. 

“Kita membagikan kepada seluruh masyarakat melalui kecamatan, kelurahan, RW, dan RT sebanyak 25000 bibit. Bibit-bibit tersebut diharapkan dapat ditanam di pekarangan rumah, lahan kosong, atau di lingkungan sekitar, sehingga setiap keluarga bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan cabai skala kecil,” jelasnya.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga memberikan dukungan kepada kelompok tani. Ada sekitar 6000 bibit yang dibagikan kepada kelompok tani konvensional maupun kelompok tani urban farming. 

Antiek menerangkan, kelompok tani konvensional didorong untuk menanam cabai dan bawang merah di lahan sawah mereka yang lebih luas. Sementara untuk kelompok urban farming disarankan untuk memanfaatkan lahan terbatas di sekitar rumah mereka. 

“Kelompok tani, baik konvensional maupun urban farming juga sudah mulai melakukan pembibitan dan penanaman secara mandiri sejak beberapa hari sebelumnya. Dengan demikian, kami berharap, tiga bulan ke depan, pada Desember sudah bisa dilakukan panen,” terang Antiek.

Antiek menegaskan bahwa upaya ini merupakan langkah antisipasi terhadap pola tahunan di mana permintaan cabai dan bawang cenderung meningkat drastis menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2025 ini. Menurutnya, kenaikan permintaan ini biasanya berujung pada lonjakan harga yang signifikan.

Dengan program tanam serentak cabai dan bawang ini, Pemkot Surabaya berharap pasokan dari lahan milik pemerintah, kelompok tani, dan pekarangan warga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.

Harapannya, pada bulan Desember ketika Natal dan Tahun Baru tidak terjadi kenaikan yang signifikan terkait dengan harga cabai di pasaran di Surabaya. 

“Ini merupakan salah satu strategi TPID untuk mengendalikan inflasi, selain upaya menjaga pasokan dari daerah asal. Dengan memberdayakan masyarakat dan kelompok tani, kebutuhan rumah tangga skala kecil bisa terpenuhi dari hasil panen sendiri, mengurangi tekanan pada pasar,” imbuhnya.

    Leave feedback about this

    • Quality
    • Price
    • Service

    PROS

    +
    Add Field

    CONS

    +
    Add Field
    Choose Image
    Choose Video
    X