Batik Dewi Saraswati, Berawal dari Hobi Kini Raih Omset Ratusan Juta
Blusukan

Batik Dewi Saraswati, Berawal dari Hobi Kini Raih Omset Ratusan Juta

Ketelatenan, dan kecintaannya pada batik sebagai warisan budaya bangsa, membuat Putu Sulistriani sukses mengembangkan bisnis batik Dewi Saraswati selama hampir 20 tahun lamanya.  

“Awalnya saya jatuh cinta pada batik-batik milik ibu saya. Setelahnya, saya yang hobi menggambar itu mulai mencari tahu bagaimana cara pembuatan batik-batik itu. Saya studi banding ke mana-mana, termasuk pergi ke Kota Solo dan Jogja.” cerita Putu. 

Dua puluh tahun bukanlah perjalanan yang mudah. Bisnis bermodal Rp5 juta, dan hanya melibatkan 2 orang saja pada September 2004, kini telah berkembang pesat bersama puluhan karyawan yang membantu proses produksi setiap harinya. Bahkan, omsetnya kini telah mencapai ratusan juta. 

Nama batik Dewi Saraswati memang telah tenar di Jawa, terutama Surabaya. Tak hanya melalui sosial media, hingga saat ini Putu mengaku masih aktif mengikuti berbagai event dan gelaran fashion untuk memasarkan karya eloknya. Tak heran jika pelanggan batik Dewi Saraswati tak pernah surut, bahkan cenderung meningkat jumlahnya. 

Putu juga dipercaya untuk merealisasikan enam (6) motif khas Kota Surabaya, dengan arahan langsung dari Rini Indriyani Cahyadi, ketua Dekranasda Surabaya sekaligus istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada tahun 2022. 

“Waktu itu saya dipercaya untuk menjadi juri kompetisi desain batik. Dari sana terpilih enam (6) motif terbaik, yang kemudian dipatenkan menjadi motif batik khas Surabaya. Akhirnya, saya diarahkan untuk merealisasikan motif-motif itu ke kain hingga siap dipasarkan,” terangnya. 

Setelah itu, enam (6) motif batik yang meliputi motif Sparkling, Kintir-Kintiran, Abhi Boyo, Gembili Wonokromo, Kembang Bungur, serta Remo Surabayan itu dipromosikan di berbagai acara. Salah satunya, konser musik yang menghadirkan Bunga Citra Lestari, Kunto Aji, hingga Kahitna pada November 2022 silam di Tunjungan Plaza. Putu mengaku bahagia dan bangga. 

Kini rumah batik Dewi Saraswati tak hanya memproduksi kain batik saja, melainkan juga berbagai produk busana. 

“Kami banyak produksi pakaian juga. Tentunya motif, model, dan warna juga disesuaikan dengan tren terkini, agar tidak ketinggalan zaman,” tutur Putu. 

Ketika ditanya mengenai target dan tujuan ke depannya, Putu tegas menjawab bahwa ingin memperkenalkan batik ke dunia yang lebih luas dan membuat masyarakat, terutama anak-anak muda, semakin cinta dengan warisan budaya bangsa ini. 

“Sayangnya, tim yang mencanting batik di sini masih didominasi para orang tua. Sempat ada anak-anak muda yang belajar, tapi tidak dilanjutkan,” tutur ibu dua anak itu. 

Oleh karena itu, Putu mengaku terbuka dan siap membagikan ilmunya kepada para pemuda, karena menurutnya dunia batik sangat butuh regenerasi.  

“Rumah batik Dewi Saraswati selalu terbuka untuk anak-anak muda. Siswa sekolah sangat boleh praktek magang di sini. Para mahasiswa yang ingin kunjungan dan belajar langsung proses pembuatan batik juga akan selalu kami sambut baik. Dunia batik butuh regenerasi. ” tutupnya. 

    X