Pastikan Tak Ada Yang Tertinggal, DPRD Surabaya Perjuangkan Nasib Sopir Angkot 
Perspektif

Pastikan Tak Ada Yang Tertinggal, DPRD Surabaya Perjuangkan Nasib Sopir Angkot 

Sejak beberapa tahun silam, Surabaya mulai membenahi sistem transportasi massal di dalam kota. Pemerintah Kota Surabaya berupaya menghadirkan moda transportasi massal yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Mulai dari aspek keamanan, kenyamanan, hingga harga yang terjangkau. Semua ditujukan agar kultur mobilitas warga kota beralih dari kendaraan pribadi menjadi transportasi publik.

Guna mencapai tujuan tersebut, hadirlah Suroboyo Bus. Bus yang identik dengan warna merah menyala itu telah beberapa tahun menemani warga Surabaya. Kini, guna meningkatkan kualitas pelayanan Suroboyo Bus, Pemerintah Kota Surabaya tengah mengkaji rencana menghadirkan feeder atau transportasi pengumpan sebagai pendukungnya. Feeder merpakan angkutan baru sebaga pegumpan dari kampung-kampung ke Suroboyo Bus.

Rencana ini mendapat respon positif dari Komisi C DPRD Surabaya. Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Aning Rahmawati mendukung penuh rencana Pemkot Surabaya menghadirkan feeder. Menurutnya, dengan dioperasikannya feeder bisa semakin memudahkan masyarakat untuk menggunakan Suroboyo Bus.

“Contoh paling kecil ialah masyarakat tak lagi bingung mencari parkir. Sebab dengan menggunakan feeder, masyarakat bisa menuju titik henti Suroboyo Bus,” ujarnya, Rabu (22/6/2022).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Baktiono. Namun, lebih lanjut ia memberi catatan khusus terkait pengadaan feeder ini. Terutama terkait Sumber Daya Manusia yang akan mengoperasikan feeder ini. 

Baktiono meminta Pemkot Surabaya untuk memprioritaskan para sopir angkot untuk menjadi sopir Suroboyo Bus atau angkutan feeder. Ia tak ingin, pengembangan sistem transportasi publik di Surabaya meninggalkan para sopir angkot atau lyn yang telah lebih dulu ada di Kota Pahlawan ini. 

“Mereka ini kan punya keluarga. Jangan sampai ditinggalkan. Para sopir angkot harus diberdayakan agar tetap bekerja. Menjadi sopir Suroboyo Bus atau angkutan feeder,” ujarnya.

Komisi C DPRD Surabaya bahkan telah mengundang perwakilan sopir angkot untuk menyampaikan aspirasinya. Di hadapan para anggota dewan, perwakilan sopir angkot berharap rekrutmen sopir feeder bisa dilakukan melalui paguyuban sopir sehingga dinilai lebih adil dan tidak ada permainan.

Di beberapa kota besar seperti Surabaya, nasib angkutan kota saat ini seolah ada di ujung tandung. Perkembangan teknologi digital yang mulai merambah ke angkutan publik membuat masyarakat beralih dari angkot. 

“Para sopir angkot ini juga bagian dari sistem transportasi massal. Tidak bisa ditinggalkan begitu saja,” imbuhnya.

Baktiono juga berharap Pemkot Surabaya ketika membuka rekrutmen untuk sopir feeder atau sopir Suroboyo Bus tidak membuat persyaratan yang memberatkan. Semua persyaratan harus disampaikan secara terbuka. Syarat utamanya harus memiliki Surat Ijin Mengemudi yang sesuai dengan tipe kendaraan. 

Rencananya, Pemkot Surabaya akan menghadirkan 36 angkutan feeder di tahun 2022 ini. Satu angkutan feeder setidaknya membutuhkan dua orang sopir. Angkutan yang dioperasikan oleh Dishub Surabaya ini beroperasi bukan di jalur umum. (fen)

    X