Nama Aning Rahmawati tidak lagi asing bagi warga Surabaya. Ya, beliau ialah anggota DPRD Surabaya yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi C. Di kalangan para wartawan yang kerap meliput di DPRD Surabaya, Aning dijuluki sebagai bank data. Bila ada liputan khusus yang membutuhkan data-data pendukung, awak media kerap bertanya kepada dirinya.
Namun selain itu, sosok wakil rakyat yang murah senyum ini juga dikenal sangat getol memperjuangkan kelestarian lingkungan. Aning Rahmawati merupakan salah satu orang yang paling vokal menggoalkan program sistem penanganan sampah di Surabaya. Sehingga Kota Pahlawan bisa benar-benar bergerak bersama menuju ero waste.
“Karena memang isu kelestarian lingkungan ini sudah bukan lagi menjadi masalah yang bisa disepelekan. Sudah ada banyak bukti nyata dampak negatifnya bila kita abai terhadap kelestarian lingkungan. Apalagi di kota-kota besar seperti Surabaya,” ujarnya.
Tak hanya vokal di ruang rapat komisi saja, Aning juga tak segan-segan turun langsung ke lapangan. Seperti saat Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun ini. Bersama dengan komunitas-komunitas peduli lingkungan di Surabaya, Aning turun langsung ikut serta memungut sampah-sampah plastik di kawasan mangrove Surabaya.
Selain itu, Aning juga kerap terjun di masyarakat untuk mensosialisasikan upaya-upaya pelestarian lingkungan. Terutama bagaimana meminimalisir sampah rumah tangga. Di tengah kesibukannya sebagai anggota dewan, Aning menyempatkan diri untuk bertemu para kader lingkungan di kampung-kampung. Ia dampingi mereka yang tengah berjuang mereduksi jumlah sampah di lingkungan rumah tangga.
“Ada yang membudidayakan maggot, mendaur ulang sampah non organik, minyak jelantah, produksi pupuk organik dari sampah, hingga menciptakan eco enym. Upaya-upaya ini tentu harus kita dukung dan dampingi terus,” imbuhnya.
Aning mengungkapkan, sejatinya Surabaya telah memiliki road map penanganan sampah. Namun road map ini membutuhkan orang yang terus mengawalnya agar benar-benar terealisasi tepat waktu. Melalui penanganan sampah yang dimulai di lingkungan rumah tangga, Aning berharap jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo bisa berkurang. Sehingga TPA terbesar di Surabaya tersebut bisa menjadi lebih ringan bebannya.
“Bila volume sampah di TPA Benowo bisa menyusut, maka Pemkot Surabaya bisa membantu wilayah aglomerasi seperti Gresik dan Sidoarjo,” tandas alumnus ITS ini. (fen)