Darah Politik Telah Mengalir di Tubuhnya, Kini Jadi Anggota DPRD Surabaya Tiga Periode
Profil Dewan

Darah Politik Telah Mengalir di Tubuhnya, Kini Jadi Anggota DPRD Surabaya Tiga Periode

Sejak tahun 2009, nama Syaifudin Zuhri telah masuk ke dalam daftar anggota DPRD Surabaya. Artinya, hingga saat ini, pria yang akrab disapa Ipuk ini telah mengemban amanah sebagai wakil rakyat selama tiga periode. 

Bagi seorang Syaifudin Zuhri, kehidupan berpolitik sebenarnya bukanlah hal yang asing. Sebab, ia terlahir dari seorang tokoh PPP kala itu. Sehingga, jiwa politikus sang ayah mengalir dalam darahnya. Perjalanan politik Ipuk dimulai sejak tahun 1997. Di tahun tersebut, Ipuk bergabung dengan PDI. Saat itu PDI-P masih belum menggunakan kata ‘Perjuangan’ di belakang nama partainya. Alasan dipilihnya PDI, dikarenakan Ipuk menilai PDI merupakan partai nasionalis yang menghargai kemajemukan Indonesia. 

“Bapak saya dulu memang tokoh PPP, tapi dalam pandangan berpolitik, saya lebih memilih partai yang nasionalis. Partai yang menghargai keberagaman Indonesia. Sebab Indonesia terdiri atas beragam suku, ras dan agama. Karena itu, di tahun 1997 saya bergabung dengan PDI. Di sanalah saya mulai mengabdikan diri untuk masyarakat,” jelasnya.

Di tahun 2000, Ipuk dipercaya untuk menjadi wakil ketua PAC Kecamatan Benowo. Setahun kemudian, ketika Kecamatan Benowo dipecah menjadi 2 yakni Kecamatan Benowo dan Kecamatan Pakal, maka Ipuk diajukan untuk menjadi ketua PAC Kecamatan Pakal. Saat itu, tidak pernah terlintas dalam benak Ipuk bahwa ia akan menjadi seorang anggota dewan. Ia lebih fokus bagaimana membantu masyarakat di wilayahnya agar bisa hidup lebih sejahtera.

“Wilayah Pakal itu kan kecil, dan di wilayah tersebut dulu bukanlah basis massanya PDI. Suara PDI di wilayah tersebut kecil dulu. Jadi saya gak pernah kepikiran jadi anggota dewan. Karena memang tujuan saya masuk PDI kan untuk membuat masyarakat lebih sejahtera lagi. Bagi saya itu kebermaknaan hidup saya,” ujarnya.

Berbagai upaya Ipuk lakukan untuk meringankan beban warganya yang miskin. Salah satunya, pernah Ipuk mendatangi Yayasan Budha Tzu Chi Surabaya. Tujuannya untuk meminta bantuan bagi warganya yang miskin. Ia tunjukkan data masyarakat kurang mampu yang membutuhkan bantuan dari wilayahnya. Berkat kegigihannya ini, akhirnya Yayasan Budha Tzu Chi bersedia memberikan bantuan berupa beras 25kg per keluarga miskin di Kecamatan Pakal dan Benowo.

“Pernah juga di tahun 2004, saya dimintai tolong oleh salah seorang warga Simo yang saat itu sakit kanker otak di Rumah Sakit Mitra Keluarga. Ia dan keluarganya tidak memiliki uang untuk membayar biaya rumah sakit kala itu. Akhirnya saya coba meminta bantuan pada anggota dewan dari dapil partai saya, khususnya ketua fraksi PDIP. Namun semuanya menjawab itu bukan tupoksinya dan tidak bisa membantu. Karena saya tidak tega, saat itu semua harta benda milik warga tersebut sudah dijual untuk mebayar biaya rumah sakit, tapi masih kurang 40 juta. Saya nekat, saya bilang ke pihak rumah sakit, kalau saya yang tanggung kekurangannya. Saat itu juga, saya telepon mas Bambang DH, yang saat itu menjadi Walikota Surabaya. Dan alhamdulillah, besoknya mas Bambang meminta bu Esty untuk mengurus biaya rumah sakit pasien tersebut,” kenang Ipuk.

Pengalaman itu membuat Ipuk bertekad apabila ia mendapat kesempatan menjadi anggota dewan, ia akan memastikan bahwa warga Surabaya dapat hidup lebih sejahtera lagi. Gayung pun bersambut, di tahun 2009, Ipuk diajukan menjadi calon legislatif dari partai PDIP. Di tahun itu pula, untuk pertama kalinya Ipuk berhasil menjadi anggota DPRD Kota Surabaya periode 2009-2014. 

    X