Bulan Juni dikenal sebagai bulan Soekarno. Bulannya Bung Karno. Ini karena di bulan Juni ada beberapa tanggal penting yang berkaitan dengan Ir. Soekarno, Bapak Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia.
Lahirnya Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni, diprakarsai oleh ir Soekarno. Bung Karno sendiri lahir pada 1 Juni 1901 dan beliau wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Jadi, bulan Juni menjadi momen penting untuk mengenang dan merayakan warisan serta pemikiran Bung Karno bagi bangsa Indonesia.
Sosok Soekarno berkaitan erat dengan Surabaya. Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya tidak hanya jadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan, tapi juga diakui sebagai “dapur nasionalisme” yang melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa, termasuk di antaranya Ir Soekarno.
Bahwa, ada banyak sekali jejak sejarah Soekarno di Surabaya. Napak tilas perjuangan Soekarno di Surabaya bisa dilihat dan ditelusuri di kawasan Peneleh. Di sana terdapat Rumah Kelahiran Soekarno, tepatnya Gang Pandean IV Nomor 40. Selain itu, juga ada jejak Soekarno sebagai pelajar Ketika bersekolah di HBS Surabaya dan tinggal atau kos di rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh Gang VII.

Bahkan, rumah masa kecil Bung Karno di Jalan Pandean IV No.40 tersebut, sudah diresmikan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menjadi salah satu tujuan destinasi wisata sejarah baru di Kota Pahlawan. Rumah Lahir Bung Karno di kampung Pandean Gang IV itupun telah resmi menjadi museum yang bernarasi tentang masa kecil Soekarno, tepatnya ketika masih bernama Koesno. Ini wujud komitmen untuk merawat ingatan sejarah jejak Bung Karno di Surabaya,
Hadirnya destinasi wisata heritage baru ini menambah daftar jumlah museum di Surabaya. Bahkan, di lingkungan kelurahan Peneleh, kini ada dua museum. Yaitu museum Rumah HOS Tjokroaminoto dan Rumah Lahir Bung Karno.
Menurut Wali Kota Eri Cahyadi, Bung Karno dan Surabaya tidak bisa dipisahkan. Ibaratnya seperti dua sisi mata uang. Ia ingin sejarah Bung Karno melekat dengan Arek-Arek Surabaya dan karakternya.
“Sejarah Kota Pahlawan tidak bisa dilepaskan dari Bung Karno. Maka dari itu, kami ingin sejarah Bung Karno terus melekat dengan Kota Pahlawan,” kata Wali Kota Eri Cahyadi..

Sejarahwan sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair, Prof. Dr. Purnawan Basundoro menegaskan bahwa Soekarno sendiri mengakui peran penting Surabaya dalam pembentukan karakternya.
Lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901, Soekarno menghabiskan masa remajanya di beberapa kota dan akhirnya kembali lagi ke Kota Surabaya saat usia sekolah. “Meski sempat berpindah ke beberapa kota lain di Jawa Timur seperti Jombang, Mojokerto, Tulungagung, dan Sidoarjo, Soekarno kembali ke Surabaya untuk menempuh pendidikan di Hogere Burgerschool (HBS) pada usia 15 tahun,” ujar Prof. Purnawan dikutip dari rilis Pemkot Surabaya (13/6/2025).
Menurutnya, masa-masa inilah tersebut yang menjadi periode keemasan bagi Soekarno untuk menyerap berbagai pemikiran dari para tokoh pergerakan asal Surabaya seperti, H.O.S Tjokroaminoto, Dr Soetomo dan lainnya.
Prof. Purnawan menjelaskan, kepribadian Soekarno sangat ditentukan oleh lima hal. Salah satunya adalah kondisi Kota Surabaya pada awal abad ke-20. Surabaya yang kala itu merupakan kota industri terbesar di Hindia Belanda, dengan kaum buruh yang kerap diperlakukan semena-mena oleh pemerintah kolonial. Kondisi ini membentuk kepedulian Soekarno terhadap rakyat kecil dan mendorongnya untuk melawan ketidakadilan.
Salah satu faktor terpenting dalam pembentukan pemikiran Soekarno ialah ketika Bung Karno muda tinggal di rumah H.O.S Tjokroaminoto di Peneleh, yang kini telah resmi menjadi museum. Kala itu, Rumah Tjokroaminoto menjadi pusat berkumpulnya para tokoh pergerakan dari berbagai kota dengan ideologi yang beragam, mulai dari Semaun, Musso, hingga Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Setiap malam, Soekarno diajak Cokroaminoto untuk menemui masyarakat dan berdiskusi. Ia juga mendapatkan pelatihan menulis melalui surat kabar Utusan Hindia yang dipimpin Tjokroaminoto.
“Selama di Surabaya, Soekarno mengaku telah menulis 500 artikel yang dimuat di berbagai surat kabar. “Lingkungan Surabaya itu benar-benar membawa pengaruh pada pembentukan karakter seorang Soekarno,” ujar dia.
Pegiat sejarah Begandring Surabaya Kuncarsono Prasetyo juga menegaskan, kontribusi besar Surabaya pada pemikiran dan pola perjuangan Soekarno. “Betul dalam beberapa buku Soekarno mengakui bahwa (Surabaya) sebagai dapurnya nasionalisme Indonesia,” tegasnya.
Menurut Kuncar, napak tilas perjuangan Soekarno di Surabaya bisa dilihat dan ditelusuri di kawasan Peneleh. Di sana terdapat Rumah Kelahiran Soekarno, tepatnya Gang Pandean IV Nomor 40. Selain itu, juga ada jejak Soekarno sebagai pelajar di HBS yang tinggal di peneleh, Rumah H.O.S Tjokroaminoto.
“Banyak sekali jejak sejarah Bung Karno di Kota Surabaya, tentunya kita harus bangga sebagai “Arek Suroboyo”,” tandasnya.
Perbincangan mengenai Soekarno dan Surabaya ini semakin relevan di “Bulan Bung Karno” yang diperingati setiap Juni. Kisah-kisah tersebut menegaskan pentingnya memahami sejarah dan jejak langkah para pahlawan bangsa. (*)
Leave feedback about this