Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya sedang menyiapkan wisata Night Zoo. Program ini direncanakan buka setiap malam di akhir pekan. Komisi B DPRD Kota Surabaya memberi catatan untuk rencana Night Zoo KBS.
John Thamrun, anggota komisi B menanyakan, apakah pintu masuk pengunjung Night Zoo ini sama atau tidak dengan pintu masuk pengunjung reguler (pagi dan siang hari). Para anggota dewan ingin rencana Night Zoo dibuat secara matang demi kenyamanan baik satwa juga pengunjung.
“Pintu masuk pengunjung Night Zoo ini sama atau tidak dengan yang buka pagi sampai siang, itu dulu tolong dijawab,” tanya John Thamrun saat hearing Komisi B dengan pihak KBS dan BKSDA, Senin (20/2/2023).
Dalam hearing tersebut, pihak KBS menjelaskan bahwa pintu masuk untuk pengunjung Night Zoo adalah pintu nomor 12. Pintu tersebut rencananya akan diberi pembatas supaya penunjung Night Zoo tidak mengganggu satwa.
“Pintu yang kami gunakan adalah pintu nomor 12, kebetulan itu pintu yang dekat dengan kandang komodo. Cuma kita kasih pembatas dengan pemberian partisi Pak. Pengunjung Night Zoo hanya bisa jalan di lorong yang sudah dibatasi itu tadi,” tutur drh Glen Kartiko menjawab pertanyaan.
Jawaban dari pria dokter hewan yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Persiapan Night Zoo ini rupanya belum memuaskan. Sebab, dari segala rencana KBS soal Night Zoo, gambaran area KBS yang akan digunakan, serta satwa apa saja yang akan mengisi wisata Night Zoo ini masih abu-abu.
“Pertanyaan saya, pintunya sama atau tidak,” ulang John Thamrun bertanya.
“Sama Pak,” jawab dokter hewan Glen.
Jawaban ini memunculkan kekhawatiran. Sebab, menurut John Thamrun, pihak KBS dinilai belum mampu memastikan suara-suara apa saja yang bisa ditimbulkan oleh kehadiran pengunjung Night Zoo.
“Nah, itu bisa jadi masalah meski sudah diberi partisi, biarpun diberi peredam suara sampai sejauh mana mengontrol pengunjung dengan desibel yang sesuai harapan. Itukan kontrol hanya di KBS
bagaimana anda mengontrol suara yang akan keluar dari pengunjung,” papar politisi PDIP.
Pihak KBS menjelaskan bahwa akan ada petugas atau guide yang akan mengingatkan pengunjung untuk tidak berisik. Petugas atau guide ini yang juga akan menemani pengunjung Night Zoo melintasi lorong yang diberi partisi.
“Kalau tiba-tiba ada anak atau bayi pengunjung nangis, oek… Maksud saya begini, sesuai yang disampaikan oleh BKSDA bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Ini adalah hal yang sangat penting sekali, memang upaya dilakukan ya, saya sepakat, tapi saran saya kalau bisa pintu keluar masuk ditaruh di pintu yang terpisah dengan hewan atau satwa yang beraktivitas di siang hari,” tegas John Thamrun.
Ia menambahkan, pintu keluar-masuk Night Zoo jangan dijadikan satu dengan pengunjung reguler. Sebab ia yakin, KBS belum mampu menjamin suara-suara apa saja dari pengunjung Night Zoo pada saat operasional berlangsung.
“Tolong pintu keluar dan masuknya dibedakan, jangan tetap dijadikan satu, karena saya yakin manajemen KBS tidak akan bisa menjamin suara pengunjung yang datang pada saat operasional Nigh Zoo,” tambahnya.
Kemudian yang ke dua, hal yang menjadi sorotan anggota dewan adalah satwa apa saja yang akan menjadi obyek wisata Night Zoo. Kalau sebelumnya KBS menyebutkan satwa reptil yang akan menjadi obyek wisata Night Zoo, jenis reptil apa saja yang akan ditampilkan.
“Tadi disebutkan bahwa animo masyarakat untuk night zoo adalah binatang reptil. Apakah hanya reptil saja yang ada di dalam Night Zoo? Kalau tidak, berarti harus ada klasifikasi hewan yang ada di dalam. Karena tidak semua reptil itu hidupnya malam hari. Tolong ini bisa dibedakan, mungkin dokter hewan lebih tahu tentang teknisnya,” paparnya.
Berbagai usul dan tanggapan John Thamrun ini didukung oleh Wakil Ketua Komisi B. Anas Karno mengingatkan pentingnya monitoring dan kontrol sebelum wisata Night Zoo dilaunching. Juga terhadap pengelolaan satwa, wisata Night Zoo harus direncanakan secara matang agar tidak mengganggu satwa reguler yang ditampilkan pagi dan siang hari.
“Saya sepakat dengan Pak John. Yang tidak kalah penting adalah kenyamanan satwa,” pungkas Anas Karno. (Nor)