Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya dianggap punya kewajiban untuk menyokong Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini diungkapkan oleh Anggota Komisi D DPRD Surabaya Imam Syafi’i saat membuka workshop ‘Membaca Potensi Aset Pemerintah Kota Surabaya untuk Optimalisasi PAD’.
Imam mencontohkan, salah satu Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang memiliki potensi meningkatkan PAD adalah Tugu Pahlawan. Halaman Tugu Pahlawan, menurut Imam, tidak hanya bisa dijadikan untuk lokasi upacara, tetapi juga bisa disewakan untuk acara wedding dengan tema khusus.
“Disbudporapar juga berkewajiban mencari pendapatan di beberapa aset, salah satunya Tugu Pahlawan. Tugu Pahlawan memiliki target pendapatan Rp 1,3 miliar (1 miliar 350 juta) dalam satu tahun,” kata Imam, Sabtu (24/8/2025).
“Tugu Pahlawan itu bisa dipakai tidak hanya untuk upacara. Kalau temen-temen tahu, lokasi Tugu Pahlawan bisa digunakan untuk wedding (dengan tema garden wedding). Itu boleh dan ternyata sudah disewakan untuk lokasi wedding,” imbuh politisi dari fraksi Demokrat-PPP-Nasdem ini.
Imam melanjutkan, bahwa dirinya juga pernah diundang forum Gusdurian untuk diskusi di area museum Tugu Pahlawan. Namun, saat Imam tanya berapa harga sewa lokasi tersebut untuk sebuah diskusi, jawabannya sungguh membuat ia kaget.
“Saya juga pernah diundang Gusdurian diskusi di museum Tugu Pahlawan. Hanya saja saat saya kembali ke situ, saya tanya, harganya (sewa) berapa? Ternyata untuk memakai ruangan museum untuk diskusi, harga sewa per jam hanya Rp 50 ribu. Menurut saya, tidak ada salahnya kira-kira ini yang harganya terlalu murah ya dinaikkan,” papar Imam.
Kemudian, lanjut Imam, kita juga musti kreatif membuat bagaimana dengan promosinya. Menurut Imam, selain dengan media sosial, pemkot sudah selaiknya meminta bantuan para jurnalis untuk menyuarakan berbagai aset yang bisa disewakan dan difungsikan dengan maksimal.
“Terus terang, media sosial milik pemkot juga kurang (efektif). Saya pikir dengan bantuan teman-teman jurnalis, banyak hal-hal yang berkaitan dengan aset pemkot yang kita juga kurang menguasai (cara menjualnya untuk meningkatkan PAD), para jurnalis bisa ikut membantu menjualkan (promosi),” jelas Imam.
Misalnya lagi, tambah Imam, Gelora Bung Tomo yang dalam satu tahun memiliki target pendapatan Rp 4,6 miliar.
“Saya ngga tahu, menurut teman-teman itu murah atau mahal target Rp 4,6 miliar dalam satu tahun. Karena nanti kalau dinaikkan (harga sewanya) Persebaya protes misalnya,” ujar Imam.
Yang pasti, target pendapatan Disbudporapar dalam satu tahun senilai Rp 15 miliar, itu kecil menurut Imam.
“Targetnya cuma Rp 15 miliar, sangat sedikit menurut saya. Karena yang bisa dijual/disewakan/dipromosikan banyak sekali,” tegasnya.
Maka dari itu, Imam menilai peran jurnalis kini semakin kompleks, yakni menjadi pengawas yang kritis sekaligus pemandu solusi bagi publik.
Imam menekankan, konsep media sebagai watchdog atau anjing penjaga kekuasaan masih relevan. Namun, ia menambahkan bahwa media tidak boleh hanya menggonggong pada sisi negatif.
“Media harus jadi penjaga sekaligus pemandu. Tidak sekadar mengungkap penyimpangan, tapi juga memberi arah dan membuka ruang solusi. Dengan begitu, media bisa jadi mitra strategis pembangunan,” jelasnya.
Selain fungsi pengawasan, Imam mengajak jurnalis menjadikan media sebagai marketplace ide dan inspirasi. Dengan memanfaatkan konten visual dan model bisnis inovatif, media dinilai mampu bertahan secara finansial sekaligus memberi motivasi positif kepada masyarakat.
Ia juga mengingatkan, jurnalis jangan terjebak dalam persaingan kecepatan di media sosial yang sering mengorbankan kualitas berita.
“Berita yang tidak memberi manfaat pada akhirnya akan ditinggalkan pembaca. Komitmen utama jurnalis adalah melayani kepentingan publik,” tegasnya.
Menutup paparannya, Imam Syafi’i berpesan agar jurnalis terus mengasah kemampuan, menjaga tanggung jawab, dan mengedepankan keberpihakan pada masyarakat.
“Jurnalis harus tetap jadi pengawas, tapi juga katalisator perubahan positif. Dengan begitu, media bisa memainkan peran sentral dalam membangun masyarakat yang lebih cerdas dan berdaya,” pungkasnya. (Nor)



Leave feedback about this