Mereka minta gratis, tutur Zuhrotul Mar’ah disusul tawa ramahnya mengawali kisah menjadi seorang dokter umum. Bagi Zuhrotul, mengabdi dan menolong masyarakat bisa dengan banyak cara. Seperti caranya, ya jadi dokter, ya jadi anggota dewan yang siap menyerap aspirasi warga.
Lulus Kedokteran Universitas Brawijaya di tahun 1999 menjadi awal karir Zuhrotul. Ia membuka praktik di rumahnya di kawasan Tambak Asri 190 Surabaya. Perempuan yang murah senyum ini mengaku sering menerima keluhan sakit batuk, pilek, demam, darah tinggi dan kencing manis.
“Mereka minta gratis ya. Tapi kalau memang dia ngga mampu benar, saya gratiskan. Kalau pasien mampu, biasanya hanya membayar obat saja. Jadi jasa pelayanan dokter free,” kata Zuhrotul saat ditemui di kantornya Komisi B DPRD Surabaya, Rabu (17/5/2023).
Politisi PAN ini tidak pernah mempermasalahkan permintaan kebanyakan pasien untuk menggratiskan jasa layanan dokter. Sebab, baginya, menjadi dokter merupakan tugas untuk membantu siapapun yang membutuhkan.
“Dokter itu kan membantu,” tuturnya.
Anggota Komisi B ini bersyukur Pemerintah Kota Surabaya sukses mencapai cakupan Universal Health Coverage (UHC) hingga 96 persen. Ini artinya, sebagian besar warga Surabaya sudah tercover BPJS.
“Jadi ngga ada istilah warga Surabaya ngga bisa berobat. Tapi kadang-kadang orang tuh memilih dokter. Nyaman dengan dokter A meskipun bayar ya didatangi, pasien bisa curhat atau gimana mereka jadi nyaman. Tapi untuk pasien yang secara ekonomi tidak mampu, ya saya gratiskan,” jelasnya.
Di Hari Jadi Kota Surabaya ini, Zuhrotul berharap warga Kota Surabaya semakin giat mengikuti program-program Pemkot Surabaya. Khususnya kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Di samping bantuan dari pemkot, Zuhrotul Mar’ah ingin warga Kota Pahlawan bangkit dan berdaya.
“Jadi jangan mengharap bantuan terus, tangan di bawah, tapi juga harus berdaya,” tutur Zuhrotul yang mengenang ibunya dulu bekerja sebagai penjual soto di lapangan Tambak Asri. (Nor)