Museum NU, Simpan Sejarah dan Segala Cerita Nahdlatul Ulama
Blusukan

Museum NU, Simpan Sejarah dan Segala Cerita Nahdlatul Ulama

Organisasi islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU), telah memperingati seabad berdirinya pada Selasa (7/02/2023) yang lalu. Sebagai salah satu organisasi Islam tertua, NU pastinya memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Beruntung, kini kamu bisa mengenal setiap sejarah secara terperinci  dengan berkunjung ke Museum NU yang berlokasi di Jalan Gayungsari Bar. X No.11, Menanggal, Kecamatan Gayungan, Surabaya. Museum ini telah diresmikan oleh presiden Republik Indonesia ke-empat yakni Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada tahun 2004. Museum dengan cat bernuansa hijau ini terdiri dari tiga (3) lantai, dan menyediakan ratusan koleksi benda-benda unik  yang kaya akan cerita sejarah berdirinya NU. 

“Lantai 1 dan 2 itu diisi dengan koleksi-koleksi seni, dan benda bersejarah. Sedangkan lantai 3 ada perpustakaan dan ruangan untuk diskusi. Biasanya ruangan di lantai 3 digunakan oleh pihak sekolah atau kampus yang datang untuk kunjungan atau melangsungkan kegiatan penting di sini.” Ujar Lilik(29) reseptionis museum. 

Ketika masuk museum, kamu akan disapa dengan koleksi bendera-bendera, lambang NU periode pertama dan lukisan-lukisan indah dari wajah para petinggi NU dari masa ke masa. Menurut Hudin, seorang pengelola museum, koleksi lukisan yang ada di sini telah mencapai ratusan jumlahnya. 

“Lukisan minyak itu dari D Zawawi Imron, pelukis asal Madura. Kita beli dengan penawaran harga yang baik.  Kalau untuk koleksi lain-lain seperti kitab, foto sejarah, hingga jas Mbah Wahab, kita dapat dari hibah. Jadi diberikan oleh keluarga-keluarga petinggi tersebut.” terangnya ketika dihubungi aspirasivirtual pada Kamis (16/2/2023).

Setiap koleksi lukisan dan foto sejarah berjejer di dinding dengan penataan yang rapi dan menarik mata. Sedangkan untuk koleksi kitab-kitab dan baju bersejarah terletak di dalam kotak kaca, sehingga nampak semakin menarik dan megah. Tak hanya itu, setiap koleksi juga dilengkapi dengan teks-teks eksplanasi sejarahnya. Adanya lampu-lampu kecil yang menerangi setiap karya, juga memudahkan kamu dalam membaca dan mempelajarinya. 

Meski telah berdiri selama hampir 20 tahun, menurut Hudin, Museum NU tetap aktif melakukan pemeliharaan gedung dan bangunan, demi kenyamanan pengunjungnya. 

“Pembersihan dan pengecatan ulang setiap bagian, tetap aktif dilakukan setiap tahunnya.” terangnya.

Untuk masuk ke dalam lokasi museum, kamu hanya perlu merogoh kocek Rp3 ribu saja, untuk menikmati setiap koleksi sepuasnya. Menariknya, museum ini tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat Surabaya dan sekitarnya saja. Menurut Lilik, pengunjung dari Kalimantan dan Sulawesi juga kerap kali datang ketika hari besar tiba. 

“Iya, tidak hanya dari Surabaya saja. Pengunjung dari Pasuruan itu sering ada. Biasanya pengunjung mampir setelah melakukan ziarah. Paling jauh dari Kalimantan dan Sulawesi juga sering ketemu, kaya waktu harlah NU yang lalu.” Tutupnya. 

    X