Meski lahir dari orang tua yang berprofresi sebagai pedagang, Michael Leksodimulyo pantang menyerah mencapai cita-citanya sebagai dokter. Bahkan, ia dengan bangga menceritakan jalan hidupnya sebagai dokter spesialis gelandangan kini membawanya menjadi salah satu legislator di DPRD Kota Surabaya.
“Orang tua saya penjual sepatu di Pasar Turi, dan kena kebakaran pula,” kata Michael mengawal kisahnya.
Michael muda mendapatkan beasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 1986. Untuk bisa bertahan hidup, ia sempat bekerja menjadi perias jenazah.
“Jam 1 sampai 3 pagi saya bekerja mengawetkan dan merias jenazah. Ini saya lakukan selama sekitar 8 tahun untuk bertahan hidup di Manado. Kemudian setelah lulus, saya mengabdikan diri bekerja sebagai tenaga medis di Desa Talisayan, Pulau Berau, Kalimantan Timur. Tidak ada jalan aspal saat itu,” tuturnya.
Lulus dari Fakultas Kedokteran Unsrat, Michael berpraktik di tempat terpencil di kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dia senang karena baru menjadi dokter muda sudah langsung menjabat sebagai kepala Puskesmas Talisayan. Belakangan dia tahu bahwa petugas di puskesmas tersebut hanyalah dia seorang.
Di tempat tersebut, Michael merangkap menjadi dokter umum, spesialis obgyn, hingga dokter gigi selama 3 tahun. Dia bahkan pernah melakukan operasi sectio caesarea (SC) untuk menyelamatkan bayi dalam kandungan saat ibu yang tengah mengandung itu sudah meninggal.
“Saya harus menyelamatkan bayi dalam kandungan, ibunya posisi meninggal dunia. Saat itu tidak ada yang bisa saya tanyain kecuali buku. Jadi saya buka buku kemudian melakukan operasi sectio. Ibunya sudah tidak kesakitan karena sudah meninggal. Syukurlah bayi tersebut berhasil selamat kemudian diberi nama seperti nama saya,” ucap Michael mengenang momen itu.
Pengalaman tersebut membuatnya belajar banyak hal hingga kembali ke Surabaya.
Di kota asalnya, karir Michael semakin melaju pesat. Michael berhasil menjadi wakil direktur rumah sakit swasta di Surabaya, RS Adi Husada. Hingga suatu saat, seorang ibu rumah tangga sekaligus Ketua Yayasan Pondok Kasih, Hana Amalia Vandayani, mengajaknya melihat-lihat kondisi masyarakat miskin di Surabaya.
“Bu Hana ini mengatakan, di bawah dunia yang kamu injak ini ada dunia namanya dunia duafa. Saya mengikuti yayasan itu selama 15 tahun, setiap hari melayani. Saya meninggalkan fasilitas-fasilitas bagus dari rumah sakit tempat saya bekerja,” terangnya.
Michael Leksodimulyo mendapatkan penghargaan Kick Andy Heroes 2018 karena telah mengorbankan jabatan, fasilitas dan kenyamanan hidup untuk melayani para gelandangan di kolong jembatan, perkuburan dan kawasan kumuh. Dedikasi sebagai sosok yang mengabdikan jiwa dan raganya bagi kemaslahatan manusia lainnya tanpa pandang bulu, tanpa sekat agama, ras, suku dan golongan.
Tak hanya itu, Michael kini pun lolos menjadi legislator di DPRD Surabaya.
“Berat sebenarnya, tapi saya jalani selama 15 tahun di yayasan tersebut. Dan hasilnya saya menjadi anggota DPRD Surabaya tanpa baliho,” tuturnya.
Ia dengan bangga mengatakan, darah yang mengalir dalam tubuhnya kini hanya untuk memperjuangkan kaum duafa. Ia selalu berpikir dan mengusahakan bagaimana caranya supaya kaum duafa bisa mendapatkan fasilitas yang bisa dinikmati banyak orang.
“Kaum duafa itu tidak berani mengeluh karena takut. Kaum duafa tidak punya sarana untuk mengeluh,” terang legislator dari Partai PSI ini.
Nah, saat sudah menjadi legislator, apa yang akan Michael perjuangkan?
“Kalau kita mau jadi pelayan masyarakat, kita tidak menunggu mereka mengeluh. Kita harus sering-sering datang ke kampung-kampung yang menjadi titik duafa, mendengarkan keluhan mereka. Saya menjadi anggota dewan ini menjadi ladang untuk melayani duafa lebih luas lagi. Dulu hanya 167 titik kemiskinan. Sekarang, semua sudut kota ini saya bisa datangi,” pungkas dr Michael Leksodimulyo, MBA, M.Kes.
BIODATA
Nama : dr Michael Leksodimulyo, MBA, M.Kes
Tanggal lahir : 6 Januari 1968
Nama Istri : Herlina Apriontonita
Pendidikan :
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (1994)
Pasca Sarjana Universitas Airlangga (2002)
Praktik:
Kepala Puskesmas Talisayan Berau, Kalimantan Timur
RS Gotong Royong Surabaya
RS Adi Husada Undaan, Surabaya
Director Community Health Yayasan Pondok Kasih
(Nor)