Surabaya 24 Hours

Ending Kelam Kampung 1001 Malam

Pembangunan Surabaya selama lebih dari satu dekade ini bisa dikatakan masif. Badan jalan diaspal, pengerjaan saluran cegah genangan, pembangunan rusunawa, puluhan taman dipercantik, Balai Pemuda  makin mempesona hingga stadion GBT yang digadang-gadang akan menjadi venue event internasional. Segala upaya Pemkot Surabaya untuk membangkitkan perekonomian juga patut diacungi jempol. Namun, ada satu hal besar yang kini menjadi goal Kota Pahlawan, mencoret kawasan kumuh.

Lokasi kumuh paling populer saat ini yang menjadi gawe besar pemkot adalah Kampung 1001 Malam. Ada yang sudah tahu dimana lokasinya? Kampung ini sudah lama ada sejak dibangun Tol Dupak-Gresik. Ya, tepatnya di bawah jembatan tol yang ramai lalu-lalang kendaraan besar inilah pemkot berupaya memindahkan 16 Kepala Keluarga ke tempat tinggal layak. 

Belasan KK yang tinggal di bawah jembatan Tol Dupak-Gresik ini bertahan hidup di gubug-gubug kecil. Mereka beristirahat dari kerasnya hidup di kolong jembatan.

Pencahayaan yang kurang, membuat kampung di Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Surabaya Utara ini disebut sebagai Kampung 1001 malam. Tidak peduli pagi, siang maupun malam, nuansa di bawah jembatan itu pasti remang cenderung gelap.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi turun langsung untuk membersihkan Kampung 1001 Malam pada Selasa (18/10/2022). Pembersihan itu dilakukan setelah 16 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di bawah kolong jembatan tol dipindahkan ke rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) Sumur Welut.

“Kenapa saya turun langsung ke lapangan, yaitu untuk memastikan sekolah anak-anaknya, kesehatannya dan lain-lain. Jadi pemerintah bukan hanya asal menggusur, tapi sekaligus memberikan kepastian kepada warga,” kata Eri.

Selama tinggal di kolong jembatan tol, belasan KK ini hidup dalam kamar yang bersekat-sekat. Beralas tikar dan kasur kecil, warga Kampung 1001 Malam ini bisa bercengkerama dengan keluarga. Bisingnya jalan tol tidak mengurangi kehangatan keluarga mereka.

Ditemani lampu yang temaram dan udara yang pengab. Di beberapa kamar ada cat yang memudar/mengelupas. Ada kompor kecil untuk memasak makanan. Piring dan peralatan makanan di susun seadanya di samping kamar.

Kampung 1001 Malam berada persis di bibir sungai yang bermuara ke Bozem Morokrembangan. Untuk mencapai lokasi itu, warga yang berkendara motor bisa melewati Jalan Lasem. Kemudian warga akan disambut oleh sebuah terowongan yang tingginya tidak sampai dua meter, namanya Terowongan Mina. Warga kemudian harus menuntun motornya untuk melewati terowongan sejauh kira-kira 50 meter.

Mengapa disebut Terowongan Mina? Menurut warga, pengendara yang melintasi terowongan itu harus menundukkan kepala. Alih-alih berlaku sopan, jika tidak kepala akan terbentur beton.

Kini sudah 14 KK yang berhasil dipindahkan ke Rusunawa Sumur Welut. Sementara 2 KK sisanya menyusul, sebab sedang mengalami musibah.

“Satu KK belum menempati rusunawa karena ada lansia yang sedang dirawat di RS. Dan satu lagi, anggota keluarganya meninggal dunia. Kedua KK tersebut sudah kami sediakan tempat (rusun), karena mereka punya hak tinggal,” papar Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Anna Fajriatin.

Anna menambahkan, warga Kampung 1001 Malam sudah didata Dinsos serta Disnaker untuk dicarikan pekerjaan yang cocok. Selama seminggu pasca pembersihan kolong jembatan, belasan KK tersebut juga diberi suplai makanan.

Rencananya, Jasa Marga akan menutup secara permanen lokasi bekas Kampung 1001 Malam. Anna juga menuturkan, angan-angan pemkot untuk membangun sempadan sungai dan rumah pompa di lokasi tersebut.

“Nantinya kawasan itu bisa dimanfaatkan untuk lahan padat karya yang bisa dikelola warga. Yang penting, kita bersihkan dulu. Setelah itu bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat bagi warga Surabaya,” pungkas Anna. (Nor) 

Exit mobile version