Peristiwa heroik arek-arek Suroboyo pada 77 tahun silam harus dikenang. Perobekan bendera Merah-Putih Biru di Hotel Yamato adalah saksi perjuangan warga Kota Pahlawan mengusir penjajah. Juga di setiap sudut kota yang syarat nilai-nilai sejarah akan menjadi bagian dari lokasi wisata, bahwa Surabaya tidak hanya jadi jujugan belanja.
Drama musikal perobekan bendera di Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) akhirnya kembali digelar pasca dua tahun vakum karena kota ini dilanda pandemi Covid 19.Rekontruksi peristiwa sejarah kali ini dibuat lebih modern. Selain menampilkan tarian kolosal, drama musikal ini juga diselingi musik hiphop dan pertunjukan modern dance. Dengan konsep yang segar ini, drama bertajuk “Berkibarlah Benderaku” sukses meriahkan Car Free Day Jalan Tunjungan.
“Ada kolaborasi, unsur modern diikutkan,” kata Walikota Surabaya Eri Cahyadi saat ikut andil dalam pagelaran tersebut, Minggu (18/9/2022).
Eri berperan sebagai arek Suroboyo. Selain memimpin menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Eri juga membacakan puisi. Suaranya lantang. Pidatonya berapi-api.
Dalam drama musikal yang menggaet 1200 pelajar itu, penonton diajak ikut merasakan perjuangan arek-arek Suroboyo pada 19 September 1945. Para veteran yang ikut diundang pun, menitikkan air mata. Apalagi saat ada adegan salah seorang pejuang gugur setelah tertembak.
Tidak sampai disitu, pagelaran sejarah itu dilanjutkan dengan penonton yang ikut diajak membawa bendera Merah Putih sepanjang 770 meter. Sambil menyanyikan lagu kebangsaan, para pemuda dari berbagai suku ini ingin menyerukan kerukunan antarwarga di Surabaya.
Eri berharap drama musikal sejarah bisa menjadi bagian promosi wisata. Drama yang menunjukan sisi heroik arek-arek Suroboyo ini sangat berpotensi menjadi agenda tahunan. Sasarannya bukan hanya wisatawan lokal, melainkan juga para turis asing.
Sutradara drama musikal sejarah, Heri Prasetyo lega bahwa pagelaran heroik ini akhirnya bisa dilaksanakan tatap muka. Konsep drama ini sebelumnya sudah ditampilkan dalam format film berjudul “Arek Suroboyo” pada 2021 silam. Tahun ini, dirinya sengaja memaksimalkan potensi 1200 pemain yang berasal dari pelajar. Mereka mengenakan kostum atau pakaian Surabaya tempo dulu.
“Kami merekontruksi seputar peristiwa tanggal 19 September 1945 tidak hanya di Hotel Majapahit, tapi juga di beberapa lokasi lain di Jalan Tunjungan,” papar Heri. (Nor)