aspirasivirtual.com Blog Berita Surabaya 24 Hours Bung Karno Arek Suroboyo : Pernah Tidak Naik Kelas dan Cinta Pertamanya pada Anak Tjokroaminoto
Surabaya 24 Hours

Bung Karno Arek Suroboyo : Pernah Tidak Naik Kelas dan Cinta Pertamanya pada Anak Tjokroaminoto

Perjalanan masa kecil Soekarno jarang dikupas di buku pelajaran siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama. Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno kecil pernah hidup berpindah-pindah (nomaden), pernah ganti nama saat usia 5 tahun, dan pernah tidak naik kelas. Yang paling menarik, cinta pertamanya pada anak sulung HOS Tjokroaminoto menjadi bahasan di Sekolah Kebangsaan.

“Bapaknya Bung Karno itu seorang guru, kerjanya pindah-pindah. Ibunya (Soekarno) seorang ningrat asal Bali. Mereka kawin lari karena tidak disetujui orang tua,” tutur Cak Kuncarsono saat memberi materi di Sekolah Kebangsaan di Kantor Pos Jalan Kebonrojo, Selasa (14/06/2022).

Sambil memaparkan slideshow foto Bung Karno kecil yang digendong oleh ibunya, Cak Kuncar sapaan akrabnya menerangkan, Bung Karno lahir di rumah kontrakan di Pandean gang 4 Peneleh Surabaya. Saat itu, bapak Bung Karno mengajar di SD Sulung yang hanya berjarak 1 km dari rumah kontrakannya. Bung Karno lahir bertepatan dengan peristiwa Gunung Kelud meletus tanggal 6 Juli 1901.

Cak Kuncar menerangkan, karena bapak Bung Karno berprofesi sebagai guru, Soekarno sejak kecil ikut berpindah-pindah mengikuti kemanapun bapaknya bertugas. 

“Jadi sosok Bung Karno itu ya mirip dengan kita-kita. Bukan terlahir sebagai orang kaya, rumah hanya ngontrak, pindah-pindah, tapi semangatnya yang patut kita terapkan,” tambah pria inisiator komunitas Begandring Soerabaia ini di hadapan puluhan siswa SMP peserta Sekolah Kebangsaan.

Sejarah pendidikan Bung Karno tidak luput untuk dibahas. Saat kelas 6 di Europeesche Lagere School, Bung Karno tidak naik kelas. Sebabnya hanya satu, Bung Karno saat itu belum lancar berbahasa Belanda.

 “Padahal akan disekolahkan ke Horge Burger School (HBS),” tutur Cak Kuncar.

Dalam slideshow disebutkan dialog Bung Karno dengan bapaknya. 

“Umur saya sudah empat belas,” aku memprotes. “Terlalu tua untuk kelas lima. Tentu orang mengira saya tinggal kelas karena bodoh. Saya tentu diberi malu.” “Baiklah, bapak memutuskan di saat itu juga, kalau perlu kita membohong. Akan kita kurangi umurmu satu tahun.”

Hal menarik yang dikulik di Sekolah Kebangsaan yakni kisah cinta pertama Bung Karno. Ketertarikan audiens yang mayoritas siswa-siswi SMP ini pun meriuhkan bangunan bekas HBS tempat Bung Karno dulu sekolah. Sejak usia 15 tahun Bung Karno indekos (bayar makan) di rumah HOS Tjokroaminoto. Sejak saat itulah, benih cintanya tumbuh kepada anak sulung HOS Tjokroaminoto.

“Nembak Utari saat itu Bung Karno usia 20 tahun. Lalu Utari dighosting, Bung Karno kuliah ke Bandung di usia 21 tahun,” tutur Cak Kuncar yang disambut riuh audiens.

Lalu, ia melanjutkan, Bung Karno cuti kuliah 7 bulan untuk pulang ke Surabaya dan menikahi Utari.

 “Setelah menikah, Bung Karno tanggung jawab, kerja serabutan di Stasiun Semut. Bung Karno ikut membantu keuangan Pak Tjokro,” pungkasnya.

Sekolah kebangsaan digelar supaya para pelajar bisa ikut mewarisi semangat juang Bung Karno. Meskipun dilingkupi dengan berbagai keterbatasan, semangat belajar dan berjuang harus terus berkobar.

“Saya lihat ada komunitas yang memakai baju perjuangan. Ini menunjukkan bahwa semangat perjuangan sudah semestinya tidak pernah lekang dalam situasi apapun. Tetapi selalu tertanam dalam jiwa kita sebagai bangsa Indonesia,” kata Staf Ahli Walikota Surabaya Bidang Politik, Hukum dan Pemerintahan M Afghani Wardhana saat membuka Sekolah Kebangsaan.

Sekolah Kebangsaan digelar di lokasi-lokasi yang memiliki nilai historis dan filosofis dalam hidup Bung Karno. Senin (13 Juni 2022) diadakan di Rumah Lahir Bung Karno di Jalan Pandean IV. Selasa (14 Juni 2022) diadakan di Kantor Pos Kebon Rojo, yang dulunya merupakan lokasi sekolah Horge Burger School (HBS) tempat Bung Karno sekolah, dan Rabu (15 Juni 2022) diadakan di Rumah H.O.S. Tjokroaminoto, tempat indekos Bung Karno.

Pakar Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rojil Nugroho Bayu Aji ikut menerangkan kiprah Soekarno selama berada di Kota Surabaya. Selama ini masyarakat mengenal sosok Soekarno lahir di Kota Blitar. Namun di Bulan Bung Karno 2022, ia meluruskan bahwa Sang Proklamator lahir di Kota Surabaya pada 6 Juni 1901.

“Karena itu Soekarno dan Kota Surabaya ini sangat dekat karena memiliki kenangan historis, yang harus kita jadikan spirit dan teladan bagi anak-anak SMP,” kata Bayu Aji.

Soekarno yang lahir dengan keterbatasan, dari orang tua seorang yang berprofesi sebagai guru, kemudian pindah dari Pulau Bali dan lahir di Kota Surabaya. Lalu kembali berpindah ke Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jombang, hingga Kabupaten Mojokerto. Saat di Kabupaten Mojokerto, Soekarno mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS).

“ELS setara dengan tingkat SD, yang sebelumnya Soekarno pernah di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Melalui dua sekolah itu, Soekarno dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan di Hogere Burger School (HBS) yakni pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda,” paparnya. (Nor)

Exit mobile version