Surabaya 24 Hours

700 Warga Surabaya dan Cobek Raksasa di Festival Rujak Uleg

Genap dua tahun Festival Rujak Uleg tidak digelar selama pandemi. Minggu (22/5/2022) malam akhirnya kerinduan warga kota terbayarkan. Sebanyak 700 peserta ramai-ramai nguleg bareng di cobek raksasa berdiamater 2,5 meter dengan berat 1,2 ton.

Kawasan Kembang Jepun yang tadinya lengang, malam itu diisulap dengan berbagai aksesoris Hari Jadi Kota Surabaya ke 729. Sejak sore, penampilan seni Jaranan, Barongsai dan parade busana menghiasi wilayah Kota Tua Kya-kya. Walikota Surabaya Eri Cahyadi bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa beserta jajaran Forkopimda Surabaya ikut meramaikan festival ini.

Eri dan Khofifah ikut nguleg bersama warga. Mereka membagikan rujak uleg kepada warga yang hadir. Inilah Festival Rujak Uleg, makanan tradisional yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2021 sebagai makanan simbol dan ciri khas Kota Surabaya. 

“Saya sangat senang, warga yang datang kali ini sangat banyak, insya Allah ini akan membawa berkah. Dengan antusiasme yang sangat luar biasa, dengan semangatnya warga Kota Surabaya, maka ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk lebih mengembangkan potensi kota ke depannya,”kata Eri saat hadir di tengah warga di Festival Rujak Uleg, Minggu (22/5/2022).

Eri juga senang, festival kali ini juga dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah. Eri menyampaikan terimakasih atas support Khofifah. Hal ini bisa menjadi harapan, sinergi dan upaya saling menguatkan warga Kota Surabaya.

“Semoga ke depan, Festival Rujak Uleg bisa terus digelar. Untuk kebersamaan, kita mohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala, mudah-mudahan warga Surabaya selalu diberikan rejeki yang luas. Persaudaraan dan persatuan kita semua harus bisa menjadikan Surabaya hebat. Seduluran dijogo nggih, mugi-mugi rezeki panjenengan semua berkah,” pesan Khofifah.

Para peserta yang meramaikan Festival Rujak Uleg berasal dari perwakilan komunitas adat dan ekspatriat, mahasiswa asing di Surabaya dan perhotelan. Selain ituada perwakilan masing-masing kecamatan dan perangkat daerah di lingkungan Pemkot Surabaya.

“Festival ini melibatkan kurang lebih 50 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner di Surabaya. Tujuannnya untuk membangkitkan perekonomian lokal,” terang Wiwiek Widayati, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (DKKORP) Surabaya.

Menurut Wiwiek, banyak persiapan yang dilakukan pemkot. Terutama, pemkot memastikan bahwa semua cingur yang digunakan peserta adalah cingur yang higienis dan bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

“Pemkot sudah berkoordinasi dengan Rumah Potong Hewan untuk memastikan cingur yang digunakan terjamin kualitasnya,” tutur Wiwiek.

Festival Rujak Uleg kali ini memang lebih unik karena digelar malam hari. Pemkot ingin membranding kawasan kota tua Kya-kya dan wilayah Surabaya Utara. Menurut Wiwiek, festival ini akan menjadi momentum dan trigger untuk menghidupkan  kembali kawasan tersebut.

“Kawasan Kya-kya kalau pagi dan siang sangat hidup dan ramai. Sehingga malamnya kita hidupkan kembali,” paparnya. (Nor) 

Exit mobile version