Surabaya 24 Hours

Tawarkan Sensasi Berbeda, Pemkot Gelar Night at The Museum Guna Hibur Masyarakat Surabaya

Serangkaian peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-730 masih terus berlanjut. Kali ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tawarkan sensasi wisata yang berbeda bertajuk Night at the Museum bertempat di Museum 10 Nopember dan Tugu Pahlawan. Uniknya, event yang berlangsung pada 13-14 Mei 2023 ini mengusung konsep tempoe doeloe, dan  dimeriahkan pula dengan pertunjukan musik, bazaar UMKM, hingga aksi teatrikal pertempuran Surabaya. 

Dilansir website resmi surabaya.go.id, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan event ini tak hanya akan menambah wawasan, namun juga menjadi sarana hiburan baru bagi masyarakat.  

“Untuk pertama kalinya, selain menambah wawasan sejarah seputar Kota Surabaya, kita juga ingin memberikan alternatif hiburan baru bagi masyarakat saat berada di museum 10 November dan area Tugu Pahlawan pada saat malam hari.” kata Wiwiek.

Pengunjung hanya perlu menyiapkan Rp5 ribu saja untuk masuk ke dalam area Tugu Pahlawan, dan Rp8 ribu untuk menikmati segala koleksi museum 10 November. Antusiasme warga yang tinggi nampak dari banyaknya pengunjung yang datang tepat ketika event dimulai, yakni pukul 16.00 WIB. 

Tak hanya anak muda, para pengunjung datang dari usia yang berbeda-beda. Tak sedikit pula yang datang bersama keluarga tercinta. Shofia (37) contohnya yang datang bersama suami dan kedua anaknya. 

“Datang sama anak-anak karena penasaran, hiburan malam dan dramanya akan seperti apa. Sekalian buat kenalin dan kasih cerita sejarah ke anak-anak juga.” ungkap warga Pasar Turi tersebut. 

Night at the museum dimulai dengan pertunjukan nyanyian dari Liwet Keroncong yang khusus menyenandungkan lagu-lagu berbahasa Jawa. Alunan musik tradisional dan vokal yang merdu berhasi membangun suasana nyaman, sembari  para pengunjung mencoba makanan khas Jawa yang ditawarkan. 

Mulai dari makanan ringan seperti surabi, manisan rambut nenek, rangin, hingga makanan berat seperti nasi pecel tersedia. Makanan-makanan lezat ini dibandrol mulai dari Rp10 ribu saja. 

Riri (22) salah satu pengunjung yang hadir merasa sangat puas berkeliling dan mencoba makanan yang tersedia.

“Semua makanan yang ditawarkan bikin nostalgia pada masa kecil saya. Menarik, sih! Rasanya juga gak ada yang mengecewakan.” ujarnya. 

Tak hanya menyenangkan bagi pengunjung, Rani (28) salah satu pemilik UMKM yang menjajakan es cao, dan gorengan juga mengaku sangat gembira karena berhasil meraup untung melimpah.

“Senang sekali malam ini bawa dagangan banyak tapi cepat habis, ludes semua. Pemasukan yang saya dapat juga lumayan, hampir mencapai 2 juta untuk malam ini.” Terangnya. 

Lebih lanjut, puncak acara Night of the Museum tiba ketika drama teatrikal dimulai. Pertujukan yang melibatkan sekitar 40 pemain ini merupakan kolaborasi antara Front Kolosal Surabaya (FKS) dan The Lutas Indonesia. Berdandan bak pejuang, rakyat, hingga anggota PMI, para pemain tampil all out menampilkan lakon “Perang Mulyorejo”. Acting yang epic dan candaan ringan yang menarik berhasil menimbulkan gelak tawa para penonton yang hadir. 

Cak Didi (46) yang memerankan pejuang menyampaikan bahwa lakon yang dibawakannya hari ini tak hanya bertujuan mengenalkan sejarah Surabaya, namun juga mengisyaratkan pesan mendalam. 

“Kita tunjukkan kalau perjuangan masyarakat kala itu sangat sukar. Tak hanya perang 10 November saja yang dahsyat, namun juga ada perlawanan-perlawanan lain yang tak boleh dilupakan.” Ungkapnya. 

Cak Didi juga menegaskan bahwa sejarah tak boleh dilupakan. 

“Kami harap masyarakat lebih menghargai sejarah dan mengisi kehidupan saat ini dengan berbuat banyak kebaikan. ” ucapnya kepada Aspirasi Virtual Sabtu (13/5/2023).

Exit mobile version