Ada ornamen baru yang membuat wajah kawasan kampung pecinan kembali bersolek. Lampu lampion bernuansa merah menghiasi sepanjang Jalan Karet. Geliat kampung pecinan hidup kembali.
Para pengendara yang melintasi Jalan Karet bisa melihat deretan lampu-lampu PJU bernuansa merah. Terutama pada malam hari, lampu lampion dan lampu PJU menjadi spot favorit berfoto bersama.
Kondisi tersebut menarik perhatian pengunjung. Selain Jalan Karet, ada beberapa titik kawasan di kota lama yang bernilai histori. Yakni kawasan Kya-Kya Jalan Kembang Jepun, Jalan Panggung dan Jalan Rajawali.
Jalan Karet dulunya dinamai Pecinan Kulon atau Chinesche Voorstraat merupakan kampung Pecinan yang pertama kali terbentuk. Area ini menghadap Sungai Kalimas. Konon, keturunan Tionghoa percaya posisi Jalan Karet ini membawa keberuntungan.
Di masa-masa awal, kampung pecinan juga muncul di Jalan Tepekong (kini Jalan Coklat). Sebagai penanda, ada klenteng tertua di Surabaya bernama Hok An Kiong (klenteng Dewa Mazu) yang berdiri di kawasan Jalan Coklat.
Kini, kampung pecinan berpusat di kawasan Kembang Jepun. Jalan ini juga merupakan pertanda bahwa orang Tionghoa berperan penting membangun perekonomian kota. Kawasan ini bahkan menjadi penghubung antara kawasan perdagangan Eropa (Heerenstraat) dan kawasan lain yang berkembang di selatan Surabaya. Penanda Kembang Jepun adalah sebuah gapura tinggi besar dengan ornamen dia naga di atas gapura yang sudah ada di situ sejak 2003. Dua naga tersebut saling berhadapan-hadapan, kanan dan kiri.
Untuk kawasan kampung Eropa berlokasi di Jalan Rajawali. Di masa kependudukan Belanda, kawasan ini dinamai Heerensttaat yang artinya Jalan para tuan. Pada 1905, Jalan ini menjadi kawasan pusat kegiatan ekonomi maupun pemerintahan. Banyak bangunan tua yang berfungsi sebagai perkantoran, seperti Gedung Cerutu yang digunakan oleh Algemeen Syndicaat van Suikerfabrikanten in Nederlandsch-Indie untuk menyimpan persediaan cerutu para petinggi Belanda yang berada di Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya berniatan menghidupkan kembali kawasan-kawasan bersejarah di Kota Pahlawan. Berbagai hal dibenahi, mulai dari gedung-gedung tua dicat dan warung-warung ditata ulang supaya terwujud lokasi wisata kuliner bernilai histori.
“Surabaya banyak tempat wisata, termasuk wisata kuliner dan wisata histori. Termasuk di kawasan Kembang Jepun Kya-Kya, kita hidupkan lagi kampung Pecinan dan menghidupkan lagi budaya wisata barongsai, “ kata Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga serta Pariwisata (DKKORP) Surabaya Wiwiek Widayati. (Nor)